Dampak bagi Indonesia
Dampak nyata dari perubahan iklim di Indonesia, ternyata sudah dari dulu dirasakan dan hingga sekarang. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap perubahan iklim yang menyebabkan bencana seperti banjir, longsor, kemarau panjang, angin kencang, dan gelombang tinggi yang menyebabkan kapal tenggelam.
“Ancaman terhadap bencana iklim di Indonesia ini bahkan dapat terjadi dalam intensitas lebih besar, yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat petani, nelayan, pedesaan dan perkotaan. Dampak yang lebih luas tidak hanya merusak lingkungan, akan tetapi juga membahayakan kesehatan manusia, keamanan pangan, kegiatan pembangunan ekonomi, pengelolaan sumberdaya alam dan infrastruktur fisik,” kata pakar lingkungan hidup dari Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), Amanda Katili, pada diskusi peluncuran buku State of World Population 2009, 19 November 2009, di Jakarta.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari, pada saat peluncuran buku State of World Population 2009 menegaskan, pemanasan global juga telah menimbulkan makin banyaknya wabah penyakit endemik “lama dan baru” yang merata dan terus bermunculan, seperti leptospirosis, demam berdarah, diare, dan malaria.
Padahal, penyakit-penyakit seperti malaria, demam berdarah, diare adalah penyakit lama yang seharusnya sudah mampu ditangani, namun sampai sekarang masih mengakibatkan ribuan orang terinfeksi dan meninggal. Timbul pula penyakit infeksi baru, seperti SARS dan flu burung.
“Dalam beberapa tahun ke depan, perubahan iklim dapat mengancam kehidupan para nelayan di pesisir sehingga terjadi kemiskinan dan juga kelangkaan pangan yang luar biasa. Saat ini kita sudah dapat merasakan akibat berubahnya iklim yang sulit diprediksi, seperti musim hujan yang semakin pendek sementara kemarau semakin panjang atau sebaliknya. Keadaan ini mengakibatkan petani sulit bercocok tanam dan sering terjadi gagal panen akibat kekurangan air dan serangan hama,” ungkap Menneg PP dan KA, Linda Amalia Sari.
Bebas dari kemiskinan
Dengan kenyataan (dampak) seperti yang telah dijelaskan tadi, sudah saatnya masyarakat Indonesia peduli bumi, dengan menciptakan bumi yang lebih baik.
Saya menggarisbawahi apa yang dikatakan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari, bahwa perubahan iklim dapat mengancam kehidupan nelayan (dan juga petani) sehingga terjadi kemiskinan dan juga kelangkaan pangan yang luar biasa. Kelangkaan pangan disebabkan kekuarangan air dan serangan hama.
Dalam tulisan ini saya mencoba menginspirasi masyarakat melakukan upaya penyesuaian dengan kondisi yang sekarang (adaptasi), yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan. Masyarakat yang miskin bisa berkurang jumlahnya.
Sebagai gambaran kemiskinan di Indonesia, Media Indonesia edisi 28 Mei 2008 melaporkan, sejak krisis ekonomi mulai menerpa Indonesia pada 1997, jumlah orang miskin terus bertambah. Indonesia makin berada dalam kungkungan kemiskinan. Potret kemiskinan di Indonesia hingga 2006 sulit untuk diartikan lain selain suram.
Data BPS menunjukkan jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga maret 2006 mencapai 39,05 juta atau 17,75 persen dari total 222 juta penduduk. Dengan begitu, terjadi lonjakan 3,95 juta jika dibandingkan dengan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Februari 2005 yang menyebutkan jumlah penduduk miskin 35, 10 juta atau 15,97 persen dari total jumlah penduduk.
Data terbaru, yang diungkapkan Erna Witoelar dari Millennium Development Goals (MDGs) dalam buku Kita Suarakan MDGs demi Pencapaiannya di Indonesia 2007/2008, jumlah penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan tahun 2007 berjumlah 37,2 juta.
Ke depan, akibat dampak dari perubahan iklim ini angka kemiskinan sebagaimana diprediksikan bertambah, angkanya mungkin mencapai lebih dari 37 juta, mungkin 40 juta atau 41 juta sampai 50 juta penduduk miskin.
Sekarang, bagaimana agar masyarakat miskin tidak bertambah jumlahnya? Atau, bagaimana angka kemiskinan yang ada saat ini bisa dikurangi? Lalu bagaimana, mengantisipasi kelangkaan pangan?
Baca terus tulisan ini, semoga Anda terinspirasi. (bersambung)
Dampak nyata dari perubahan iklim di Indonesia, ternyata sudah dari dulu dirasakan dan hingga sekarang. Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat rentan terhadap perubahan iklim yang menyebabkan bencana seperti banjir, longsor, kemarau panjang, angin kencang, dan gelombang tinggi yang menyebabkan kapal tenggelam.
“Ancaman terhadap bencana iklim di Indonesia ini bahkan dapat terjadi dalam intensitas lebih besar, yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat petani, nelayan, pedesaan dan perkotaan. Dampak yang lebih luas tidak hanya merusak lingkungan, akan tetapi juga membahayakan kesehatan manusia, keamanan pangan, kegiatan pembangunan ekonomi, pengelolaan sumberdaya alam dan infrastruktur fisik,” kata pakar lingkungan hidup dari Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), Amanda Katili, pada diskusi peluncuran buku State of World Population 2009, 19 November 2009, di Jakarta.
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari, pada saat peluncuran buku State of World Population 2009 menegaskan, pemanasan global juga telah menimbulkan makin banyaknya wabah penyakit endemik “lama dan baru” yang merata dan terus bermunculan, seperti leptospirosis, demam berdarah, diare, dan malaria.
Padahal, penyakit-penyakit seperti malaria, demam berdarah, diare adalah penyakit lama yang seharusnya sudah mampu ditangani, namun sampai sekarang masih mengakibatkan ribuan orang terinfeksi dan meninggal. Timbul pula penyakit infeksi baru, seperti SARS dan flu burung.
“Dalam beberapa tahun ke depan, perubahan iklim dapat mengancam kehidupan para nelayan di pesisir sehingga terjadi kemiskinan dan juga kelangkaan pangan yang luar biasa. Saat ini kita sudah dapat merasakan akibat berubahnya iklim yang sulit diprediksi, seperti musim hujan yang semakin pendek sementara kemarau semakin panjang atau sebaliknya. Keadaan ini mengakibatkan petani sulit bercocok tanam dan sering terjadi gagal panen akibat kekurangan air dan serangan hama,” ungkap Menneg PP dan KA, Linda Amalia Sari.
Bebas dari kemiskinan
Dengan kenyataan (dampak) seperti yang telah dijelaskan tadi, sudah saatnya masyarakat Indonesia peduli bumi, dengan menciptakan bumi yang lebih baik.
Saya menggarisbawahi apa yang dikatakan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari, bahwa perubahan iklim dapat mengancam kehidupan nelayan (dan juga petani) sehingga terjadi kemiskinan dan juga kelangkaan pangan yang luar biasa. Kelangkaan pangan disebabkan kekuarangan air dan serangan hama.
Dalam tulisan ini saya mencoba menginspirasi masyarakat melakukan upaya penyesuaian dengan kondisi yang sekarang (adaptasi), yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan. Masyarakat yang miskin bisa berkurang jumlahnya.
Sebagai gambaran kemiskinan di Indonesia, Media Indonesia edisi 28 Mei 2008 melaporkan, sejak krisis ekonomi mulai menerpa Indonesia pada 1997, jumlah orang miskin terus bertambah. Indonesia makin berada dalam kungkungan kemiskinan. Potret kemiskinan di Indonesia hingga 2006 sulit untuk diartikan lain selain suram.
Data BPS menunjukkan jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga maret 2006 mencapai 39,05 juta atau 17,75 persen dari total 222 juta penduduk. Dengan begitu, terjadi lonjakan 3,95 juta jika dibandingkan dengan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Februari 2005 yang menyebutkan jumlah penduduk miskin 35, 10 juta atau 15,97 persen dari total jumlah penduduk.
Data terbaru, yang diungkapkan Erna Witoelar dari Millennium Development Goals (MDGs) dalam buku Kita Suarakan MDGs demi Pencapaiannya di Indonesia 2007/2008, jumlah penduduk Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan tahun 2007 berjumlah 37,2 juta.
Ke depan, akibat dampak dari perubahan iklim ini angka kemiskinan sebagaimana diprediksikan bertambah, angkanya mungkin mencapai lebih dari 37 juta, mungkin 40 juta atau 41 juta sampai 50 juta penduduk miskin.
Sekarang, bagaimana agar masyarakat miskin tidak bertambah jumlahnya? Atau, bagaimana angka kemiskinan yang ada saat ini bisa dikurangi? Lalu bagaimana, mengantisipasi kelangkaan pangan?
Baca terus tulisan ini, semoga Anda terinspirasi. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar