Buku jurnalistik hadir tidak seperti buku-buku lainnya. Buku jurnalistik mungkin susah Anda peroleh di toko-toko buku. Kalau pun ada, mungkin kurang sesuai dengan selera Anda. Bisa jadi buku tersebut ditulis oleh orang yang hanya tahu teori, tapi kurang memahami praktiknya. Yang menulis mungkin dosen suatu perguruan tinggi.
Ada juga buku yang ditulis oleh wartawan. Ini sangat sedikit jumlahnya. Mungkin karena sibuk dengan rutinitas keseharian, sehingga banyak wartawan hampir tidak punya waktu membukukan pengalaman dan pengetahuannya, yang mungkin berguna bagi pembaca lainnya.
Banyak wartawan di Indonesia, yang sampai akhir hayatnya tidak sempat menulis buku. Ada banyak wartawan senior yang sampai kini pelit berbagi ilmu.
Saya, alhamdulillah sejak duduk di bangku mahasiswa, sebagai aktivis pers kampus dulunya, sudah ratusan kali menjadi narasumber pelatihan/diskusi jurnalistik, hingga sekarang. Semasa mahasiswa saya juga sudah menulis dua judul buku jurnalistik, yakni Kiat Praktis Jurnalistik dan Jurnalistik Siap Pakai. Alhamdulillah buku tersebut laris manis, cetak ulang, dan jadi referensi banyak orang, mahasiswa yang kuliah di ilmu komunikasi.
Dan setelah tamat kuliah dan menjadi wartawan profesional, saya sudah menulis buku Menjadi Wartawan Hebat dan Menjadi Wartawan dan Jutawan Foto. Buku Menjadi Wartawan Hebat masih belum sempat saya revisi untuk cetak ulang, karena masih banyak permintaan dan yang menanyakan. Buku Menjadi Wartawan dan Jutawan Foto, yang sempat diberi pengantar teman saya Arbain Rambey, yang sudah siap sejak 2002 lalu, tertunda terus penerbitannya.
Rencananya, buku-buku tersebut akan saya terbitkan sendiri. Kalau diterbitkan penerbit lain, selaku penulis hanya dapat bagian 10 persen, sebagai royalti. Karena pernah punya pengalaman terbitkan buku sendiri dan untung besar, saya pilih ke depan untuk menerbitkan sendiri.
Begitu ceritanya.
Jakarta, 2 Desember 2009
Ada juga buku yang ditulis oleh wartawan. Ini sangat sedikit jumlahnya. Mungkin karena sibuk dengan rutinitas keseharian, sehingga banyak wartawan hampir tidak punya waktu membukukan pengalaman dan pengetahuannya, yang mungkin berguna bagi pembaca lainnya.
Banyak wartawan di Indonesia, yang sampai akhir hayatnya tidak sempat menulis buku. Ada banyak wartawan senior yang sampai kini pelit berbagi ilmu.
Saya, alhamdulillah sejak duduk di bangku mahasiswa, sebagai aktivis pers kampus dulunya, sudah ratusan kali menjadi narasumber pelatihan/diskusi jurnalistik, hingga sekarang. Semasa mahasiswa saya juga sudah menulis dua judul buku jurnalistik, yakni Kiat Praktis Jurnalistik dan Jurnalistik Siap Pakai. Alhamdulillah buku tersebut laris manis, cetak ulang, dan jadi referensi banyak orang, mahasiswa yang kuliah di ilmu komunikasi.
Dan setelah tamat kuliah dan menjadi wartawan profesional, saya sudah menulis buku Menjadi Wartawan Hebat dan Menjadi Wartawan dan Jutawan Foto. Buku Menjadi Wartawan Hebat masih belum sempat saya revisi untuk cetak ulang, karena masih banyak permintaan dan yang menanyakan. Buku Menjadi Wartawan dan Jutawan Foto, yang sempat diberi pengantar teman saya Arbain Rambey, yang sudah siap sejak 2002 lalu, tertunda terus penerbitannya.
Rencananya, buku-buku tersebut akan saya terbitkan sendiri. Kalau diterbitkan penerbit lain, selaku penulis hanya dapat bagian 10 persen, sebagai royalti. Karena pernah punya pengalaman terbitkan buku sendiri dan untung besar, saya pilih ke depan untuk menerbitkan sendiri.
Begitu ceritanya.
Jakarta, 2 Desember 2009
Buku yang bermamfaat... setidaknya bisa menjadi panduan bagi wartwan, menjadi habat
BalasHapussalam..
BalasHapussemoga kuncup kan jadi bunga
wangi hidup berketulusan..
salam
jabat-erat!