Setiap kita pasti ingin meraih sesuatu prestasi. Prestasi, memang, tak selalu identik dengan meraih gelar juara. Dari tidak lihai, menjadi lihai menulis, itu sudah prestasi. Dari belum pernah dimuat di media nasional, lalu tiba-tiba bisa tembus media nasional, juga prestasi yang membanggakan bagi penulisnya.
Atau, dari yang semula takut dan tak berani menulis buku, tiba-tiba bersemangat menulis buku dan terbit, misalnya, ini juga prestasi yang sangat luar biasa. Bagi wartawan, kata Presiden Direktur Kompas Gramedia Jakob Oetama, buku adalah mahkota wartawan. Artinya, kehebatan tertinggi seorang wartawan tak hanya bisa sekadar menulis berita, menulis feature, atau menulis kolom dan artikel. Akan tetapi, juga mampu menulis buku.
Sebelum bergabung dengan Kompas, saya sudah menulis buku. Ya, semasa mahasiswa saya sudah menulis dua buku jurnalistik, sehingga kemudian menjadi modal utama saya untuk melamar bergabung dengan harian terkemuka itu. Kompas memang target saya sejak jadi mahasiswa. Ibaratnya, saya ingin membuktikan kemampuan saya dalam hal menulis. Karena banyak dosen, hingga rektor waktu itu, menilai saya sangat layak di Kompas.
Mereka menilai begitu, karena artikel-artikel yang saya tulis waktu mahasiswa, seperti pemikiran seorang doktor. Hehe...Ya, terserah mereka menilai. Tapi, setidaknya, dalam beberapa kali lomba karya ilmiah di kampus dan tingkat regional, saya berdebat dengan profesor dan doktor.
Di luar itu, banyak ide saya yang kemudian diwujudkan. Waktu saya mahasiswa, saya pernah mengusulkan, misalnya agar IKIP Padang memiliki Rektor IV, yang membidangi kerjasama dalam dan luar negeri. Akhirnya, ide ini dilaksanakan, tapi bukan dalam bentuk lembaga Pembantu Rektor IV --melainkan Lembaga Kerjasama, yang tugas, fungsi dan wewenangnya seperti yang saya usulkan. Juga pernah saya gagas IKIP menjadi Universitas, dan untuk mendidik calon guru cukup ada fakultas keguruan dan ilmu kependidikan (FKIP). Ini dalam bentuk karya tulis ilmiah, berdebat dengan pakar pendidikan yang jadi juri, dan akhirnya menang. Ide ini kemudian juga jalan.
Bahkan, karena saya kuliah di pendidikan kimia FPMIPA, saya juga pernah menulis sesuatu yang menghebohkan. Saya menulis tentang kiamat yang ditinjau dari ilmu kimia. Saya seminarkan di kampus, di muat di media massa. Jadi sebelum heboh kiamat 2012 sekarang, saya sempat meramal kiamat yang tahunnya 2040. Rasanya, mau saya bukukan juga pemikiaran itu. Saya juga membuat dosen banyak belajar pada saya, ketika saya menyajikan kolokium tentang senjata kimia, yang dampaknya lebih dahsyat dari bom.
Ya, begitulah. Betapa enak kita melontarkan gagasan melalui kegiatan menulis artikel atau opini, dibaca banyak orang, dikomentari, dan diam-diam ada yang melaksanakan.
Dan kembali ke soal artikel yang saya lombakan dan juara itu. Saya terdorong menulis karena selama dua tahun terakhir pengamatan saya, soal isu pemanasan global dan sebangsanya, hanya banyak diulas pada tataran persoalan di luar negeri dan menyingsung sebatas dampak-dampaknya. Lantas solusinya mana? Apa yang bisa dilakukan oleh bangsa Indonesia?
Berangkat dari pertanyaan itu, kebetulan saya sering diskusi dan meliput persoalan urgen bangsa ini yang sejalan dengan upaya revolusi pertanian hijau yang ramah lingkungan. Sumbar melahirkan banyak gagasan untuk bangsa ini. Itu saya kemukakan sedetail-detailnya. Inilah yang membuat saya optimistis dan akan meraih gelar juara.
Selain itu, sekurang-kurangnya, saya juga ingin membuktikan, bahwa saya tak hanya jago berteori bagaimana menulis artikel yang layak muat media massa dan layak juara. Hehe...(mungkin kelak akan saya bukukan tersendiri).
Pada pengumuman pemenang semalam, saya meraih nilai tertinggi. Berikut kutipan beritanya:
Wartawan Kompas Juara I Menulis Artikel
JAKARTA, KOMPAS.com – Artikel berjudul “Peduli Bumi, Solusi Kemiskinan” ditulis Yurnaldi, wartawan Kompas, berhasil meraih juara pertama dengan nilai tertinggi 237 pada Lomba Menulis Artikel Antarjurnalis tentang Go Green dengan tema Ciptakan Bumi yang Lebih Baik.
Lomba yang digelar Mall Ciputra untuk kedua kalinya itu, diikuti antusias wartawan peduli lingkungan dari berbagai media massa nasional dan daerah. “Ada 57 artikel yang dinilai, yang dikirim 37 wartawan dari Jakarta, Surabaya, dan daerah lainnya,” kata Public Relations Mal Ciputra Jakarta, Rida Kusrida, pada acara Media Gathering, Jumat (4/12) malam di Hotel Ciputra, Jakarta.
JAKARTA, KOMPAS.com – Artikel berjudul “Peduli Bumi, Solusi Kemiskinan” ditulis Yurnaldi, wartawan Kompas, berhasil meraih juara pertama dengan nilai tertinggi 237 pada Lomba Menulis Artikel Antarjurnalis tentang Go Green dengan tema Ciptakan Bumi yang Lebih Baik.
Lomba yang digelar Mall Ciputra untuk kedua kalinya itu, diikuti antusias wartawan peduli lingkungan dari berbagai media massa nasional dan daerah. “Ada 57 artikel yang dinilai, yang dikirim 37 wartawan dari Jakarta, Surabaya, dan daerah lainnya,” kata Public Relations Mal Ciputra Jakarta, Rida Kusrida, pada acara Media Gathering, Jumat (4/12) malam di Hotel Ciputra, Jakarta.
Rida menjelaskan, Mal Ciputra Jakarta bermaksud meneruskan dedikasi programGo Green guna mendukung dan menciptakan bumi yang lebih baik. Selalu berupaya membantu menyelamatkan bumi yang kita cintai ini dengan cara mencegahdan mengatasi dampak dari pemanasan global dengan acara sosial yang diusung Go Green.
Juara kedua dan ketiga diraih wartawan Koran Tempo dengan nilai 224,5 dan wartawan Swa Sembada dengan nilai 222. Penitia juga memilih dua pemenang harapan. Para pemenang meraih hadiah berupa piala, piagam, dan sejumlah uang tunai.(NAL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar