Rabu, 02 Desember 2009

Menulis, asyik gitu, loh...(6, habis)


Jangan menunggu


Anda jangan menunggu. Maksudnya, menunggu tulisan yang dikirim dimuat, baru Anda menulis lagi. Pokoknya, jika ada kesempatan menulislah terus. Jangan hiraukan artikel yang telah dikirim. Tanamkan prinsip, dimuat atau tidak, yang penting kalau ada gagasan, menulis jangan ditunda-tunda.
Tulisan jangan panjang-panjang. Cukup 5000 sampai 7.000 karakter. Singkat, padat, bernas dan cerdas.
Jangan lupa, di akhir tulisan dibuat catatan tentang alamat lengkap atau e-mail, nomor telepon genggam yang bisa dihubungi, dan sekaligus nomor rekening. Sebab, seringkali redaksi sulit menghubungi balik penulis, karena tidak menerakan nomor telepon genggam atau e-mail.
Kalau tulisan Anda dimuat, girangnya hati bukan main. Mungkin akan menjadi momen yang bersejarah bagi Anda. Karena itu, jangan lupa mengkliping tulisan yang dimuat, sebagai dokumentasi. Untuk tulisan pertama yang dimuat, selain Anda kliping, juga bisa Anda beri pigura. Pajang di ruang kerja atau di ruang tamu. Bangga sedikit bolehlah. Bukti sejarah kepenulisan Anda, yang bisa Anda ceritakan ke anak-cucu atau Anda persembahkan kepada umum, dari generasi ke generasi.
Karya Al-Ghazali, misalnya, sampai sekarang pun masih dicari dan dibaca orang. Kitab Ihya ‘Ulumuddin dan Biyadatul Hidayah, sekadar contoh. Padahal, karya ini –dan juga 200 karya lainnya—ditulis oleh Al-Ghazali pada abad ke-12.
Artikel-artikel yang telah dimuat, suatu waktu bisa Anda bukukan. Anda kemudian tidak hanya dikenal penulis artikel, tetapi juga penulis buku. Atau kalau bukan kumpulan artikel, buku khusus tersendiri juga bisa Anda tulis. Bagaimana menulis buku, suatu topik tersendiri. Ada kiat-kiatnya, bagaimana menulis buku laris.

=======

Biodata
Yurnaldi (atau sering dipanggil Nal atau Danal), sejak mahasiswa sudah gemar menulis artikel di puluhan media cetak daerah dan nasional. Biaya kuliah dan biaya hidup dibiayai dari honorarium penulis, yang pada masa itu honor setiap bulan yang ia terima melebihi gaji para dosennya.
Juga pernah jadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Padang (sekarang Universitas Negeri Padang). Beberapa kali juara menulis karya ilmiah dan jadi belasan kali jadi pembicara seminar di tingkat daerah, regional, dan nasional.
Ia mahasiswa pertama di Sumatera Barat, yang menulis dua buku ketika masih berstatus mahasiswa. Buku yang ditulis ketika itu adalah Kiat Praktis Jurnalistik dan Jurnalistik Siap Pakai. Buku tersebut hingga kini dicetak ulang dan jadi referensi mahasiswa komunikasi.
Sejak mahasiswa, tahun 1986, di samping penulis artikel, juga menulis karya jurnalistik.
Menekuni dunia kewartawanan sejak 24 tahun lalu, di mana 15 tahun terakhir bergabung dengan KOMPAS. Salah seorang pendiri (dan pencipta logo) Forum Wartawan Peduli Aset Daerah Sumatera Barat, Padang Press Club (PPC), dan Forum Wartawan Peduli Pariwisata Sumatera.Bergabung dengan KOMPAS tahun 1995.
Sebagai wartawan profesional, telah melatih ribuan calon wartawan, wartawan, staf/kepala kehumasan, serta siswa dan mahasiswa peminat bidang jurnalistik. Buku-buku jurnalistiknya laris dan menjadi referensi, antara lain Kiat Praktis Jurnalistik (Penerbit Angkasa Raya, 1992, 2007), Jurnalistik Siap Pakai (Penerbit Angkasa Raya, 1992, 2007), Menjadi Wartawan Hebat (Citra Budaya Indonesia, 2004, 2008). Foto Jurnalistik: Menjadi Kaya dengan Foto (2001,2009).
Juga belasan buku-buku lain, baik yang ditulis sendiri maupun terhimpun dalam berbagai buku yang ditulis bersama wartawan KOMPAS dan wartawan media cetak lain. Beberapa kali karyanya memenangkan lomba karya jurnalistik dan juara satu mengarang tingkat nasional. Karya jurnalistiknya tentang PLN pernah mendapat penghargaan dari Menteri Pertambangan dan Energi. Tanggal 3 Maret 2009, karya jurnalistiknya tentang gizi/kesehatan yang dimuat di Kompas.com, memperoleh penghargaan terbaik dari PT Nestle Indonesia.
Selama di KOMPAS pernah bertugas dalam hitungan tahun di Bandarlampung (Lampung), Palembang (Sumatera Selatan), dan Padang (Sumatera Barat). Dan tugas sementara di sejumlah kota di Indonesia dan luar negeri, seperti Republik Namibia, Republik Afrika Selatan, Botswana, Inggris, Singapura, Malaysia, Thailand.
Bersama Sastrawan Hamsad Rangkuti, diundang mengikuti Pertemuan Penulis Dunia dan London Book Fair, 2004.
Di luar profesi wartawan, Yurnaldi juga dikenal sebagai sastrawan/penyair Indonesia. Antologi tunggal yang telah terbit Berita kepada Ibu (Kreta Nusantara, 1992). Antologi puisi keduanya akan terbit. Puisinya pernah masuk nominasi terbaik lomba cipta puisi tingkat Sumbar tahun 1994, dan pemenang lomba cipta puisi sosial tingkat nasional di Banda Aceh tahun 1996.
Puisi-puisinya selain dimuat di berbagai media massa nasional, juga terhimpun dalam antologi bersama penyair Indonesia lain, yakni Rantak 8: Antologi Puisi Penyair dari Sumatera Barat (Kelompok Studi Sastra dan Jurnalistik Padang-Sumatera Barat, 1991), Taraju '93: Kumpulan Puisi Indonesia Sumatera Barat (Yayasan Taraju Ekspresi Budaya, 1993), Antologi Puisi Rumpun (Taman Budaya Provinsi Sumatera Barat dan Departemen Pendidikan Nasional, 1992), Puisi 1999 Sumatera Barat (Dewan Kesenian Sumatera Barat, 1999), Parade Sajak-sajak Indonesia (Haluan, 1994), Puisi 50 Tahun Indonesia Merdeka (Taman Budaya Solo, 1995), Kumpulan Puisi Jalan Bersama (Yayasan Panggung Melayu, 2008)
Sebagai penyair sering dipercaya jadi juri lomba cipta puisi dan lomba baca puisi. Terakhir salah seorang juri Tarung Penyair Panggung di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 27 Agustus 2008. Juga salah seorang juri pemberian nama Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Sumatera Barat. Sering juga diundang membaca puisi di berbagai kota. Terakhir baca puisi di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, dalam acara Baca Puisi Jalan Bersama yang digelar Yayasan Panggung Melayu, 30 November 2008 dan dalam Panggung Revitalisasi Budaya Melayu, di Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Desember 2008.
Namanya juga tercantum dalam Leksikon Susastra Indonesia (penyusun Korrie Layun Rampan, Penerbit Balai Pusataka, 2000). Pernah juga menjadi redaktur tamu dan memberikan catatan apresiatif puisi di harian Haluan, Padang, selama satu tahun.
Selain dikenal sebagai penyair, Yurnaldi juga dikenal sebagai seniman: sebagai pelukis, kaligrafer, fotografer dengan berpameran beberapa kali dan meraih sejumlah prestasi. Beberapa kali juara dan jadi juri lomba foto. Juga juara dan juri lomba karikatur tingkat nasional.
Mantan Pengurus Harian Dewan Kesenian Sumatera Barat (periode 2005-2007), Koordinator Penggiat Sastra Padang, Pemimpin Produksi Teater Noktah Padang, yang telah mementaskan lebih 20 kali naskah teater dengan sutradara Suhendri dan Lilik.



1 komentar:

  1. setuju da nal, menulis harus jadi kebiasaan dan tidak perlu memikirkan tulisan sebelumnya dipublikasikan atau tidak. begitu juga soal lomba. tak banyak berharap malah bisa jadi pemenang. Dalam sebulan terakhir saya dua kali dapat juara, satu tulisan satu logo.
    saya berharap bisa melakukan apa yang da nal tulis ini. terus menulis dan berkarya selagi bisa melakukannya.

    mairi nandarson - batam

    BalasHapus