Rabu, 03 Februari 2010

Asma Nadia, Kita Menjadi Abadi dengan Menulis


Oleh Yurnaldi


Acara sosialiasi perpustakaan bersama sastrawan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Rabu (3/2), menarik kalangan pelajar dan guru. Asma Nadia yang menjadi salah seorang narasumber, memberikan pengalamannya bagaimana bisa menjadi penulis yang diperhitungkan.
“Membaca itu saudara kembarnya menulis. Membaca itu sekolahnya menulis. Kalau kita tak membaca akan kehilangan keindahan-keindahan,” begitu ujar Asma Nadia, yang bernama lengkap Asmarani Rosalba.
Asma Nadia (38) lahir dari pasangan Amin Usman dan Maria Eri Susianti. Saat ini dikenal sebagai Ketua Forum Lingkar Pena, suatu perkumpulan yang ikut dibidaninya untuk membantu penulis-penulis muda. Ia juga menjadi Ketua Yayasan Lingkar Pena, dan manajer Lingkar Pena Publishing House. Karena karya-karyanya pernah mendapat berbagai penghargaan. Selain menulis, Asma sering diminta untuk memberi materi dalam berbagai lokakarya yang berkaitan dengan penulisan serta keperempuanan, baik di dalam maupun di luar negeri.
Terakhir dalam perjalanannya keliling Eropa usai mendapatkan undangan writers in residence dari Le Chateau de Lavigny (Agustus - September 2009), Nadia sempat diundang untuk memberikan workshop dan dialog kepenulisan antara lain di PTRI Jenewa, Masjid Al Falah Berlin (bekerja sama dengan FLP dan KBRI di sana), KBRI Roma, Manchester (dalam acara KIBAR Gathering), dan Newcastle.
Asma bercerita, kebiasaan membaca terbentuk ketika ia sakit-sakitan. Ada lima jenis penyakit yang menyerang dirinya, yang membuat ia harus terbaring di rumah sakit selama hampir 10 tahun di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. “Dengan membaca, penantian yang begitu panjang menjadi lebih pendek,” katanya.
Karena suka membaca untuk memperpendek penantian yang panjang itu, selesai membaca suatu buku, maminya, Maria Eri Susianti, selalu membelikan buku baru. “Terakhir aku tahu, untuk beli buku baru itu, mami sering tak makan siang, sehingga akibatnya sampai sekarang mengidap penyakit maag,” akunya.
Menurut Asma, yang sejak tahun 2009 awal merintis penerbitan sendiri: Asma Nadia Publishing House, dengan banyak membaca ada kedalaman suatu pengetahuan yang kita baca. Bahkan, kalau kita tak gemar membaca, kita akan kehilangan keindahan-keindahan.
“Coba lukiskan malam, paling kita tahunya kelam. Namun, di tangan sastrawan Seno Gumira Ajidharma, malam ia lukisakan dengan kata-kata; ‘Malam mengembangkan jubahnya menyelimuti kota….’ Betapa indahnya rangkaian kata tersebut,” jelasnya.
Asma Nadia, yang salah satu karyanya diangkat ke layar lebar, berjudul Emak Ingin Naik Haji menegaskan, dengan membaca dan kemudian menulis, kita akan menjadi abadi.
“Kita menjadi abadi dengan menulis,” tegasnya.
Kecintaan akan buku dan untuk menggalakkan masyarakat gemar membaca, melalui Yayasan Asma Nadia, Nadia merintis RumahBaca AsmaNadia (RBA). Rumah sederhana untuk membaca dan beraktivitas bagi anak-anak dan remaja kurang mampu. Saat ini RBA ada di tiga titik di Jakarta, Gresik, Bogor, Balikpapan, Pekanbaru, Yogyakarta.
Asma Nadia aktif menulis dan mempublikasi karyanya sejak ia lulus dari SMA 1 Budi Utomo, Jakarta. Sasarannya adalah berbagai majalah keislaman. Ia juga menulis lirik sejumlah lagu, misalnya yang dinyanyikan oleh kelompok Snada.
Asma telah menulis sedikitnya 40 buku hingga saat ini. Banyak di antaranya diterbitkan oleh Penerbit Mizan. Di antaranya: Derai Sunyi, novel, mendapat penghargaan Majelis Sastra Asia Tenggara (MASTERA).Preh (A Waiting), naskah drama dua bahasa, diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Cinta Tak Pernah Menar, kumpulan cerpen, meraih Pena Award. Rembulan di Mata Ibu (2001), novel, memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI sebagai buku remaja terbaik nasional. Dialog Dua Layar, memenangkan penghargaan Adikarya IKAPI, 2002. 101 Dating meraih penghargaan Adikarya IKAPI, 2005. Jangan Jadi Muslimah Nyebelin!, nonfiksi, best seller. Emak Ingin Naik Haji: Cinta Hingga Ke Tanah Suci (AsmaNadia Publishing House). Jilbab Traveler (AsmaNadia Publishing House).Muhasabah Cinta Seorang Istri, dan Catatan Hati Bunda.
Karya-karya berikut ditulis bersama penulis lain: Ketika Penulis Jatuh Cinta, Penerbit Lingkar Pena, 2005. Kisah Kasih dari Negeri Pengantin, Penerbit Lingkar Pena, 2005. Jilbab Pertamaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005. Miss Right Where R U? Suka Duka dan Tips Jadi Jomblo Beriman, Penerbit Lingkar Pena, 2005. Jatuh Bangun Cintaku, Penerbit Lingkar Pena, 2005. Gara-gara Jilbabku, Penerbit Lingkar Pena, 2006. Galz Please Don’t Cry, Penerbit Lingkar Pena, 2006. The Real Dezperate Housewives, Penerbit Lingkar Pena, 2006. Ketika Aa Menikah Lagi, Penerbit Lingkar Pena, 2007. Karenamu Aku Cemburu, Penerbit Lingkar Pena, 2007. Catatan Hati di Setiap Sujudku, Penerbit Lingkar Pena, 2007, dan banyak lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar